Candi Borobudur kembali menjadi tempat berkumpulnya ribuan umat Buddha dalam perayaan Waisak. Senin (12/5/2025), menjelang tengah malam, langit di atas Borobudur diterangi oleh ribuan lampion yang perlahan terbang, membawa harapan, doa, dan cita-cita.
Lampion-lampion tersebut bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari refleksi batin dan harapan kolektif akan kebaikan. Setiap orang yang melepaskan lampion menyisipkan doa di dalamnya untuk dirinya, keluarga, hingga dunia yang lebih damai.
Bhante memimpin doa dan meditasi bersama. Di tengah ribuan umat yang larut akan keheningan, doanya terdengar jelas, mengajak umat untuk memancarkan kedamaian ke seluruh penjuru dunia.
“Pancarkanlah kepada seluruh Indonesia. Pancarkanlah terus menerus pada seluruh manusia di dunia ini… semoga cahaya terang ini dari dalam dan luar diri kita menerangi dunia lebih terang lagi,” ucapnya.
Doa itu mengalir perlahan dipimpin sang Bhante. Tak hanya untuk sekitar, untuk Indonesia, tetapi juga untuk Asia, Eropa, Afrika, Oseania, hingga Amerika, bahkan seluruh dunia. Semua dipersatukan dalam satu harapan yaitu kedamaian batin dan kebebasan dari penderitaan.
Lampion-lampion terus melayang naik. Perlahan semakin kecil. Semakin tinggi, semakin nampak layaknya kunang-kunang menghiasi langit Borobudur. Di bawahnya, umat terus melangitkan doa-doa, harapan serta cita-cita.
“Saat ini setelah batin kita suci dan terang, mari berdoa agar kita dan seluruh orang yang kita kasihi bebas dari penderitaan,” lanjut Bhante.
Momentum ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga pengingat bahwa dalam ketenangan, manusia bisa berbagi energi baik. Dari Borobudur, cahaya itu dikirimkan untuk dunia, semakin tinggi cahaya, semakin tinggi harapan yang terbawa.